-->

upacara adat potong gigi di bali

Suatu acara unik di Bali dalam menandakan seorang Remaja sudah dewasa adalah Upacara Metatah atau Mesangih.

Metatah atau Mesangih adalah upacara pemotongan gigi, lebih tepat disebut di kikir. dimana 6 gigi di kikir atau diratakan termasuk gigi taring. Tradisi ini sudah mendarah daging di Bali, semua remaja Bali pasti akan mengalami upacara ini. Biasanya dilakukan utk remaja yg sdh berumur 16 thn keatas.Upacara ini adalah salah satu upacara Manusa Yadnya. dimana bertujuan untuk menghilangkan Sad Ripu ( 6 musuh dalam diri manusia) yaitu Kama (nafsu/keinginan), Loba (rakus), Krodha (marah), Mada (kemabukan), Moha (kebingungan), Matsarya (iri hati). 6 Musuh ini dipercaya akan dapat menjerumuskan manusia ke dalam lubang ke Tidak sempurnaan. Makanya 6 musuh ini perlu dihilangkan. Dari segi Upacara, ini lah cara menghilangkannya. Tapi berupa simbol sih, kalo mau hilang sebenarnya, itu mah di Manusianya sendiri.Konon, Upacara ini adalah salah satu upacara yang merupakan utang dari Orang Tua ke Anaknya. Orang Tua harus melakukan upacara ini kepada anak remajanya.

Cara metatah bukanlah dengan cara dipotong,tetapi tepatnya diratakan atau dikikir. Yang melakukan pengikiran ini adalah seorang Sanging yang dimana biasanya Brahmana.Upacara ini selalu dilaksanakan di Bale Adat, setiap rumah di Bali pasti memiliki Bale Adat, sebuah tempat untuk melakukan semua upacara Manusa Yadnya.

Upacara dimulai dari seorang Mangku(pendeta) memulai dengan mantra-mantra. setelah itu Yang mau ditatah akan disuruh untuk mebeokaon(pembersihan). setelah mebeokaon dah selesai, Yang mau ditatah akan disuruh untuk sembahyang ke leluhur dan roh yang reinkarnasi ke dirinya, untuk memberitahukan dia akan melaksanakan upacara metatah dan memohon agar upacaranya berjalan lancar. Setelah itu, anak yang Ditatah diberi sebuah kelungah kelapa gading(anak buah kelapa kecil yang berwarna orange) yang akan dipakai nanti. dia disuruh dipegang dan anak itu dipingit di kamarnya sampai nanti Sanging datang kerumah untuk melanjutkan upacara


Sebelum di tatah, Sanging akan melafalkan mantra dulu. Saat sebelum di tatah dan sesudah di tatah, gigi akan di sentuhkan dengan cincin yang berwarna Merah Delima sebagai lambang proteksi. Saat di tatah, pasti ada air liur dan kadang sih darah. nah, air liur itu atau darahnya akan ditampung di kelungah kelapa gading(anak buah kelapa kecil yang berwarna orange), dan itu dipegang oleh ibu si anak yang di tatah. Nanti, si anak yang ditatah akan diberi cermin untuk melihat giginya udah rata belum ato ada yang panjangan satu. kalo udah ga perlu ditatah lagi kalo belum akan di tatah lagi.

Atau Berikut lengkapnya Rangkaian Upacara Potong Gigi di Bali :

  • Setelah sulinggih ngarga tirta,mereresik dan mapiuning di Sangah Surya,maka mereka yang akan mepandes dilukat dengan padudusan madya,setelah itu mereka memuja Hyang raitya untuk memohon keselamatan dalam melaksanakan upacara.
  • Potong rambut dan merajah dilaksanakan dengan tujuan mensucikan diri serta menandai adanya peningkatan status sebagai manusia yaitu meningalkan masa anak-anak ke masa remaja.
  • Naik ke bale tempat mepandes dengan terlebih dahulu menginjak caru sebagai lambing keharmonisan,mengetukkan linggis tiga kali (Ang,Ung,Mang) sebagai symbol mohon kekuatan kepada Hyang Widhi dan ketiak kiri menjepit caket sebagai symbol kebulatan tekad untuk mewaspadai sad ripu.
  • Selama mepandes,air kumur dibuang di sebuah nyuh gading afar tidak menimbulkan keletehan.
  • Dilanjutkan dengan mebiakala sebagai sarana penyucian serta menghilangkan mala untuk menyongsong kehidupan masa remaja.
  •  Mapedamel berasal dari kata “dama” yang artinya bijaksana.Tujuan mapedamel setelah potong gigi adalah agar si anak dalam kehidupan masa remaja dan seterusnya menjadi orang yang bijaksana,yaitu tahap menghadapi suka duka kehidupan,selalu berpegang pada ajaran agama Hindu,mempunyai pandangan luas,dan dapat menentukan sikap yang baik, karena dapat memahami apa yang disebut dharma dan apa yang disebut adharma.Secara simbolis ketika mepadamel,dilakukan sebagai berikut :
  • Mengenakan kain putih,kampuh kuning,dan selempang samara ratih sebagai symbol restu dari Dewa Semara dan Dewi Ratih (berdasarkan lontar Semaradhana tersebut).
  • Memakai benang pawitra berwarna tridatu (merah,putih,hitam) sebagai symbol pengikatan diri terhadap norma-norma agama.
  • Mencicipi Sad rasa yaitu enam rasa berupa rasa pahit dan asam sebagai simbol agar tabah menghadapi peristiwa jehidupan yang kadang-kadang tidak menyenangkan,rasa pedas sebagai simbol agar tidak menjadi marah bila mengalamai atau mendengar hal yang menjengkelkan,rasa sepat sebagai symbol agar taat ada peraturan atau norma-norma yang berlaku,rasa asin sebagai simbol kebijaksanaan,selalu meningkatkan kualitas pengetahuan karena pembelajaran diri,dan rasa manis sebagai symbol kehidupan yang bahagia lahir bathin sesuai cita-cita akan diperoleh bilamana mampu menhadapi pahit getirnya kehidupan,berpandangan luas,disiplin,serta enantiasa waspada dengan adanya sad ripu dalam diri manusia.
  •  Natab banten,tujuannya memohon anugerah Hyang Widhi agar apa yang menjadi tujuan melaksanakan upacara dapat tercapai.
  • Metapak, mengandung makna tanda bahwa kewajiban orang tua terhadap anaknya dimulai sejak berada dalam kandungan ibu sampai menajdi dewasa secara spiritual sudah selesai,makna lainnya adalah ucapan terima kasih si anak kepada orang tuanya karena telah memelihara dengan baik,serta memohon maaf atas kesalahan-kesalahan anak terhadap orang tua,juga mohon doa restu agar selamat dalam menempuh kehidupan di masa datang.
budaya lain selain potong gigi di bali yang gak kalah unik :

Ogoh Ogoh Bali
OGOH OGOH....apa pula itu.

Jika anda liburan di bali sekitar bulan maret pastilah tradisi yang satu ini bisa anda lihat di bali ogoh ogoh. Sejatinya ogoh ogoh adalah sebuah patung besar yang menyerupai mahluk yang menyeramkan atau kalau masyarakat bali menyebutknya dengan buta kala. Ogoh ogoh biasanya dipertunjukkan dalam rentetan perayaan nyepi yakni pada hari tawur kesanga, tepatnya pada petang harinya yang disebut dengan hari pengerupukan Dalam perayaan Tahun baru Saka atau Nyepi, ogoh-ogoh memiliki peranan sebagai simbol atau pemvisualisasian prosesi penetralisiran kekuatan-kekuatan negatif atau kekuatan Bhuta. 

Dimana ogoh-ogoh yang dibuat pada perayaan Nyepi ini merupakan perwujudan Bhuta kala yakni unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara yang divisualkan dalam wujud yang menyeramkan, karena jika kekuatan alam itu berlebihan tentunya akan menjadi kekuatan yang merusak.
Facebook CommentsShowHide

0 komentar

berkomentralah sewajarnya salam saya untuk @BangRinalPurba (senang kenal dan bertemu denganmu)