bahasa sunda halus dan kasar
Bahasa sunda tidak sekedar 1 Bahasa layaknya Bahasa Indonesia ada Bahasa Indonesia yang kasar dan halus. Sama hal nya dengan Bahasa Sunda, bahasa sunda pun ada Bahasa Halus dan kasar. Terkadang bagi yang berbicara dengan bahasa sunda kasar itu karena mereka berbeda lingkungan. Sama halnya dengan tidak luas nya Interaksi sosial.
Lets Begin! :
---------------------------------------------------------------------------------------
kita mulai dengan angka satuan, sedikit berbagi. Untuk huruf di Bahasa sunda setiap angka berbeda :
1. Satu : Hiji
2. Dua : Dua
3. Tiga : Tilu
4. Empat : Opat
5. Lima : Lima
6. Enam : Genep
7. Tujuh : Tujuh
8. Delapan : Dalapan
9. Sembilan : Salapan
10. Sepuluh : Sapuluh
Untuk angka belasan saya kasih sedikit saja ya hanya untuk kalian dapat mendapat gambaran.
11. Sebelas : Sabelas
12. Duabelas : Duabelas
13. Tigabelas : Tilubelas
14. Empatbelas : Opatbelas
15. Limabelas : LimaBelas
16. Enambelas : GenepBelas
17. Tujuhbelas : TujuhBelas.
18. DelapanBelas : DalapanBelas.
19. SembilanBelas : SalapanBelas.
20. Duapuluh : Duapuluh.
Untuk seterusnya masih sama dengan pengucapan angka satuan. Tinggal di tambah misalkan 21. Duapuluh hiji. Dan seterusnya seperti itu.
---------------------------------------------------------------------------------------
Untuk pembelajaran berikutnya adalah pembelajaran pengenalan diri :
"Punteun sadayana nami abdi Capo" Translate = "Permisi semuanya nama saya Capo", dalam bahasa kasar : "Punteun ngaran aing Capo" dalam artian sama namun pengucapan bahasa sunda nya kasar. Dari contoh yang pertama itu bahasa halus.
Punteun : Permisi
Sadayana : Semuanya (Pengucapan untuk lebih dari 1 orang)
Nami : Nama
Abdi : Saya
Itu contoh untuk mengenalkan nama diri sendiri. Selanjutnya untuk mengenalkan diri dengan lengkap :
"Punteun sadayana nami abdi Capo, abdi calik di daerah kota Bandung. Leres abdi teh urang bandung, bumi abdi di daerah Bandung utara. Umur abdi teh salapan belas taun." Translate : "Permisi semuanya nama saya Capo, saya tinggal di daerah kota bandung. Bener saya tuh orang Bandung, rumah saya di daerah Bandung utara. Umur saya sembilan belas tahun"
Artian satu persatu dalam kalimat :
Calik : Tinggal (Biasanya untuk orang menanyakan tempat tinggal mereka menannyakan dengan kata kata "Calik" / "Bumi"
Leres : Benar
Teh : Tuh / Itu (Untuk Teh dalam pengucapan "Itu" memiliki artian tersendiri dalam pengucapan kalimat)
Urang : Orang (Untuk pengucapan Urang itu biasanya bahasa bersahabat jika salah satu orang membanggakan kota Bandung Contoh : Abdi urang Bandung)
Bumi : Rumah
---------------------------------------------------------------------------------------
Untuk yang satu ini jaga jaga kalau kalian tersesat di daerah bandung dan jika bertemu dengan orang sunda
Biasanya pengalaman saya sendiri jika mengetahui ada orang yang tersesat bertemu dengan orang yang memakai bahasa sunda selalu menanyakan : "Ti mana neng / kang? bade kamana? Nyasar nya?" kalian cukup menjawab dengan "Leres pa abdi teh nyasar, abdi teh ti Jakarta teu tiasa bahasa sunda lancar. Bapak tiasa nganggo bahasa Indonesia?"
N.B : Neng / Kang sebutan untuk (Neng : Perempuan) dan (Kang / Akang : Laki - laki)
Bentuk dalam pembicaraan :
Bapak : Timana neng / Kang? Bade kamana? Nyasar nya? (Darimana neng / Kang? Mau kemana? Nyasar yah?)
Jawaban : "Leres pa abdi teh nyasar, abdi teh ti Jakarta teu tiasa bahasa sunda lancar. Bapak tiasa nganggo bahasa Indonesia?" (Benar pa saya tuh nyasar, saya itu dari Jaarta enggak bisa bahasa sunda dengan lancar. Bapak bisa memakai bahasa Indonesia?)
Pada umumnya bagi orang yang "Baik" akan menjawab "Ya bisa saja bisa berbahasa Indonesia" dan jika "Baik" orang tersebut bisa membantu anda dari tersesat.
---------------------------------------------------------------------------------------
Pelajaran selanjutnya untuk menannyakan Alamat :
Orang 1 : Punteun kang / neng, abdi teh nuju ningal alamat ieu Jl. Merdeka teh palih mana nya? (Permisi, saya sedang mencari alamat ini Jl. Merdeka itu sebelah mana ya?)
Setiap anda menannyakan suatu alamat jika bertemu dengan Orang sunda diusahakan mengunakan kalimat ini (saran saya karena ini halus).
---------------------------------------------------------------------------------------
Pelajaran selanjutnya untuk menannyakan Pekerjaan :
Orang 1 : Ari didinya padamelanna naon? Asa jiga pangangguran wae cicing wae dina rorompok. (Kamu tuh kerjaanya apa sih? Perasaan seperti pengangguran saya diam terus di rumah)
Hehe salah maaf itu untuk ejekan... Tapi untuk menanyakan pekerjaan cukup mengatakan "Ari didinya Padamelanna naon?"
Penjelasan sedikit "Ari didinya = Kamu tuh"
---------------------------------------------------------------------------------------
Pelajaran selanjutnya untuk pembicaraan dengan pedagang jika kita hendak membeli sesuatu, saya berikan contoh membeli gorengan :
Orang 1 : Punteun kang, meser gorengan lima rebueun (Lima ribu). Campur we kang nu aya we.
Orang 2 : Oh, siap atuh make cabe?
Orang 1 : Ah teu kedah mang, atos we eta wungkul (Jawaban ini jika anda menolak tidak mengiginkan Cabai dengan halus [Menolak secara halus])
Orang 2 : Atos tah neng / kang (Sambil memberikan bungkusan gorengan)
Orang 1 : Nuhun nya mang (Perlu di ingat kita harus selalu memberikan kata kata "Nuhun" (Terima kasih). Jika sudah di layani oleh pedagang atau sudah di tolong.
Orang 2 : Sami - sami (Sama - sama)
Translate Indonesia :
Orang 1 : Permisi kang, beli gorengan lima ribu. Campur aja kang apa aja yang ada.
Orang 2 : Oh, siap. Pake cabai?
Orang 1 : Ah tidak usah mang, sudah itu saja.
Orang 2 : Sudah, nih neng / kang (Sambil memberikan bungkusan gorengan)
Orang 1 : Terima kasih ya mang.
Orang 2 : Sama sama.
Mungkin segitu dulu untuk pembelajaran pertama kita akan melanjutkan pembelajaran Bahasa sunda di kemudian hari. Jika masih bingung atau ada yang mau di tanyakan silahkan komentari post ini. Saya akan membantu...
TATA KRAMA BASA SUNDA
Tatakrama yang dikenal dalam Basa Sunda atau biasa disebut Undak Usuk Basa Sunda (UUBS) secara umum terbagi atas dua jenis, yaitu Basa Hormat/ Lemes (Bahasa Halus), dan Basa Loma (Bahasa Akrab/Kasar) . Dalam Pembahasan UUBS di Kongres Basa Sunda tahun 1986 di Cipayung, Bogor atau disebut TATAKRAMA BASA SUNDA menyebutkan delapan ragam penggunaan Basa Sunda.
Ragam Basa Hormat
Sesuai dengan namanya, ragam bahasa ini digunakan untuk menunjukkan rasa hormat . Bahasa halus yang dipilih bergantung pada subjek yang bersangkutan. Turunan dari ragam ini ada enam tingkatan, antara lain:
Ragam Basa Lemes Pisan/Luhur, jenis bahasa ini biasanya digunakan kepada orang dengan jabatan tinggi atau bangsawan;
Ragam Basa Lemes keur Batur, jenis bahasa ini digunakan pada orang yang dihormati, biasanya yang usianya lebih tua;
Ragam basa Lemes keur Pribadi/Lemes Sedeng, merupakan kosakata halus yang khusus digunakan untuk diri sendiri ;
Ragam Basa Lemes Kagok/Panengah, jenis bahasa ini yang digunakan untuk teks-teks semacam surat kabar, dan lain-lain;
Ragam Basa Lemes Kampung/Dusun, merupakan ragam bahasa yang dikenal halus dalam beberapa komunitas lokal Sunda, bisa jadi terdapat keragaman di beberapa wilayah pengguna Basa Sunda yang berlainan, namun biasanya tidak digunakan dalam situasi resmi;
Ragam Basa Lemes Budak, merupakan bahasa halus yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anak-anak.
Ragam Basa Loma
Basa Loma atau biasanya disebut juga bahasa kasar, sebetulnya tidak dimaknai kekasaran yang otomatis menghilangkan unsur penghormatan. Akan tetapi, ragam bahasa ini digunakan di dalam kalangan pergaulan kawan-kawan akrab. Terdapat dua jenis Basa Loma, yaitu;
Ragam Basa Loma (Akrab); Bahasa jenis ini digunakan dalam lingkup pergaulan kawan-kawan dekat. Misalnya kawan sepermainan.
Ragam Basa Garihal/Songong (Sangat Kasar ). Ragam berbahasa ini digunakan pada objek hewan atau dalam kondisi marah besar/murka.
Pada penyelenggaraan Konferensi Internasional Budaya Sunda I (KIBS I) di Bandung dan Kongres Basa Sunda VII di Garut, ditetapkan bahwa UUBS hanya terdiri atas dua ragam saja, yaitu:
Ragam Basa Hormat
Dalam ragam bahasa ini terhimpun seluruh turunan Basa Hormat/Lemes. Seseorang yang tertukar-tukar dalam menggunakan bahasa halus untuk diri sendiri, bahasa halus kampung/dusun, atau untuk anak-anak tidak dianggap salah. Seluruh kosa katanya dianggap memenuhi kaidah tatakrama Basa Sunda untuk ragam bahasa halus.
Ragam Basa Loma
Tidak berbeda dengan yang telah disebutkan sebelumnya, ragam bahasa ini digunakan untuk berkomunikasi dalam lingkup pergaulan yang akrab. Termasuk bercengkrama dengan tema sepermainan atau siapapun yang sudah akrab. Namun demikian, tentu saja dalam lingkup pergaulan yang sopan, kosakata yang tercakup dalam Ragam Basa Garihal/Songong tidak diperkenankan untuk dipakai.
Demikianlah perjalanan pembagian ragam Basa Sunda resmi sejak tahun 1986. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini, masyarakat masih menggunakan dua tipe bahasa halus, yaitu bahasa halus untuk diri sendiri, dan bahasa halus untuk orang lain. Bila ditambahkan dengan bahasa kasar (Basa Loma), disimpulkan ada tiga jenis ragam yang digunakan dalam komunitas masyarakat Sunda saat ini.
Dalam lanjutan tulisan berikut, sesuai dengan penggunaannya sehari-hari, akan digambarkan pola tatakrama Basa Sunda yang dibagi dalam tiga ragam, antara lain:
· Ragam basa Loma/Akrab/Kasar (A)
· Ragam basa Lemes keur Pribadi (B)
· Ragam basa Lemes keur Batur (C)
* Keterangan tanda: # tidak sama; = sama; == terjemahan dalam Bahasa Indonesia
POLA I: A # B # C
Jumlah kata yang menggunakan pola ini terhitung sedikit (sekitar 25 kata saja). Berikut ini contohnya:
- balik # wangsul # mulih ==pulang
- bawa # bantun # candak==membawa
- beuli # peser # galeuh==membeli
- boga # gaduh # kagungan==mempunyai/memiliki
- dahar # neda # tuang==makan
- datang # dongkap # sumping==datang
- denge # kuping # dangu==mendengar
- era # isin# lingsem==malu
- gering # udur # teu damang==sakit
- imah# rorompok # bumi==rumah
- indit # mios # angkat==pergi/berangkat
- kasakit # paudur # kasawat==penyakit
- menta # nyuhunkeun # mundut==meminta
- nitah # ngajurung # miwarang==menyuruh/memerintah
- ngomong # sasanggem#sasauran==berbicara
- nyaho # terang # uninga==mengetahui
- pamajikan # bojo # garwa/geureuha==istri
- poho # hilap# lali==lupa
- sare # mondok # kulem==tidur
- tanya # taros # pariksa==bertanya
- tenjo # tingal # tingali==melihat
Contoh penggunaan dalam kalimat:
Ari maneh balik ka lembur teh arek iraha?
==(Kalau kamu, kapan akan pulang ke kampung?)
Dupi abdi wangsul ka lembur teh bade enjing bae.
==(Kalau saya akan pulang ke kampung besok saja.)
Dupi akang bade mulih ka lembur teh bade iraha?
==(Kalau anda (laki2 yang dituakan, semacam kakak/abang/mas)kapan akan pulang ke kampung?)
Bila kita perhatikan kalimat-kalimat di atas, predikatnya adalah “balik # WANGSUL # mulih”. A # B # C : A berbeda dengan B, B berbeda dengan C. Terdapat penggunaan diksi yang berbeda, bergantung pada subjek dalam kalimatnya. Pada kalimat pertama, subjeknya adalah “maneh”. “Maneh”, terjemahnya dalam Bahasa Indonesia adalah “kamu” (kata ganti orang kedua). Termasuk ragam Basa Loma/Akrab. Biasanya ditujukan pada kawan sebaya, sejawat, teman akrab, dll. Karena itu predikat yang dipilih untuk menyatakan “pulang” adalah “balik” (Ragam basa Loma/Akrab/Kasar (A)).
Sementara itu, kalimat kedua, subjeknya adalah “abdi” (saya). Jadi ragam bahasa yang digunakan adalah Basa Lemes keur Pribadi (B). Untuk kata pulang, digunakan “wangsul”. Terakhir, merupakan contoh kalimat dengan subjek “akang” (kata panggilan untuk orang ketiga yang dihormati/dituakan), digunakanlah Ragam basa Lemes keur Batur (C), sehingga predikat “pulang” dalam konteks ini menjadi “mulih”.
POLA II: A = B # C
Pola kedua mencakup kosakata yang tidak membedakan A dengan B, namun membedakan B dengan C.
Jadi, untuk diri sendiri menggunakan kata-kata kasar. Contoh utamanya yang terkait dengan bagian tubuh seperti “sirah” (kepala), “suku” (kaki). Untuk menyebutkan bagian tubuh kita sendiri seperti itu yang harus digunakan adalah bahasa kasar, sementara untuk orang lain, digunakan bahasa halus. Contohnya sebagai berikut:
- huntu = huntu # waos==gigi
- biwir = biwir # lambey==bibir
- irung =irung # pangambung==hidung
- baju = baju # raksukan==baju/pakaian
- lalajo = lalajo # nongton==menonton
- ngaji = ngaji# ngaos==mengaji
- nginum = nginum# ngaleueut==minum
- puasa = puasa # saum==berpuasa
- samping =samping # sinjang==(kain) sarung
- ulin = ulin # amengan==bermain
POLA III: A # B = C
Pola ketiga, kata yang digunakan untuk bahasa halus bagi diri sendiri sama dengan bahasa halus yang digunakan kepada orang lain. Jumlahnya cukup banyak. Berikut ini di antaranya:
- bungah # bingah = bingah==senang/bahagia
- eleh # kawon= kawon==kalah
- kajeun # sawios = sawios==biar
- kungsi # kantos= kantos==pernah
- tepung # tepang = tepang==bertemu/berjumpa
POLA IV: A = B = C
Untuk pola keempat tidak ada pembedaan pada ketiga ragam. Termasuk dalam kategori ini antara lain kata tanya, kata tunjuk, bilangan, dll.
- aya = aya = aya== ada
- sabaraha = sabaraha = sabaraha== berapa
- kumaha = kumaha= kumaha== bagaimana
- naon = naon= naon==apa
- itu = itu = itu==itu
- ieu = ieu = ieu==ini
- kahiji = kahiji= kahiji==pertama
- kasapuluh = kasapuluh = kasapuluh== ke sepuluh
Jsb (jeung sajabana)== dll/dan lain-lain
Lets Begin! :
---------------------------------------------------------------------------------------
kita mulai dengan angka satuan, sedikit berbagi. Untuk huruf di Bahasa sunda setiap angka berbeda :
1. Satu : Hiji
2. Dua : Dua
3. Tiga : Tilu
4. Empat : Opat
5. Lima : Lima
6. Enam : Genep
7. Tujuh : Tujuh
8. Delapan : Dalapan
9. Sembilan : Salapan
10. Sepuluh : Sapuluh
Untuk angka belasan saya kasih sedikit saja ya hanya untuk kalian dapat mendapat gambaran.
11. Sebelas : Sabelas
12. Duabelas : Duabelas
13. Tigabelas : Tilubelas
14. Empatbelas : Opatbelas
15. Limabelas : LimaBelas
16. Enambelas : GenepBelas
17. Tujuhbelas : TujuhBelas.
18. DelapanBelas : DalapanBelas.
19. SembilanBelas : SalapanBelas.
20. Duapuluh : Duapuluh.
Untuk seterusnya masih sama dengan pengucapan angka satuan. Tinggal di tambah misalkan 21. Duapuluh hiji. Dan seterusnya seperti itu.
---------------------------------------------------------------------------------------
Untuk pembelajaran berikutnya adalah pembelajaran pengenalan diri :
"Punteun sadayana nami abdi Capo" Translate = "Permisi semuanya nama saya Capo", dalam bahasa kasar : "Punteun ngaran aing Capo" dalam artian sama namun pengucapan bahasa sunda nya kasar. Dari contoh yang pertama itu bahasa halus.
Punteun : Permisi
Sadayana : Semuanya (Pengucapan untuk lebih dari 1 orang)
Nami : Nama
Abdi : Saya
Itu contoh untuk mengenalkan nama diri sendiri. Selanjutnya untuk mengenalkan diri dengan lengkap :
"Punteun sadayana nami abdi Capo, abdi calik di daerah kota Bandung. Leres abdi teh urang bandung, bumi abdi di daerah Bandung utara. Umur abdi teh salapan belas taun." Translate : "Permisi semuanya nama saya Capo, saya tinggal di daerah kota bandung. Bener saya tuh orang Bandung, rumah saya di daerah Bandung utara. Umur saya sembilan belas tahun"
Artian satu persatu dalam kalimat :
Calik : Tinggal (Biasanya untuk orang menanyakan tempat tinggal mereka menannyakan dengan kata kata "Calik" / "Bumi"
Leres : Benar
Teh : Tuh / Itu (Untuk Teh dalam pengucapan "Itu" memiliki artian tersendiri dalam pengucapan kalimat)
Urang : Orang (Untuk pengucapan Urang itu biasanya bahasa bersahabat jika salah satu orang membanggakan kota Bandung Contoh : Abdi urang Bandung)
Bumi : Rumah
---------------------------------------------------------------------------------------
Untuk yang satu ini jaga jaga kalau kalian tersesat di daerah bandung dan jika bertemu dengan orang sunda
Biasanya pengalaman saya sendiri jika mengetahui ada orang yang tersesat bertemu dengan orang yang memakai bahasa sunda selalu menanyakan : "Ti mana neng / kang? bade kamana? Nyasar nya?" kalian cukup menjawab dengan "Leres pa abdi teh nyasar, abdi teh ti Jakarta teu tiasa bahasa sunda lancar. Bapak tiasa nganggo bahasa Indonesia?"
N.B : Neng / Kang sebutan untuk (Neng : Perempuan) dan (Kang / Akang : Laki - laki)
Bentuk dalam pembicaraan :
Bapak : Timana neng / Kang? Bade kamana? Nyasar nya? (Darimana neng / Kang? Mau kemana? Nyasar yah?)
Jawaban : "Leres pa abdi teh nyasar, abdi teh ti Jakarta teu tiasa bahasa sunda lancar. Bapak tiasa nganggo bahasa Indonesia?" (Benar pa saya tuh nyasar, saya itu dari Jaarta enggak bisa bahasa sunda dengan lancar. Bapak bisa memakai bahasa Indonesia?)
Pada umumnya bagi orang yang "Baik" akan menjawab "Ya bisa saja bisa berbahasa Indonesia" dan jika "Baik" orang tersebut bisa membantu anda dari tersesat.
---------------------------------------------------------------------------------------
Pelajaran selanjutnya untuk menannyakan Alamat :
Orang 1 : Punteun kang / neng, abdi teh nuju ningal alamat ieu Jl. Merdeka teh palih mana nya? (Permisi, saya sedang mencari alamat ini Jl. Merdeka itu sebelah mana ya?)
Setiap anda menannyakan suatu alamat jika bertemu dengan Orang sunda diusahakan mengunakan kalimat ini (saran saya karena ini halus).
---------------------------------------------------------------------------------------
Pelajaran selanjutnya untuk menannyakan Pekerjaan :
Orang 1 : Ari didinya padamelanna naon? Asa jiga pangangguran wae cicing wae dina rorompok. (Kamu tuh kerjaanya apa sih? Perasaan seperti pengangguran saya diam terus di rumah)
Hehe salah maaf itu untuk ejekan... Tapi untuk menanyakan pekerjaan cukup mengatakan "Ari didinya Padamelanna naon?"
Penjelasan sedikit "Ari didinya = Kamu tuh"
---------------------------------------------------------------------------------------
Pelajaran selanjutnya untuk pembicaraan dengan pedagang jika kita hendak membeli sesuatu, saya berikan contoh membeli gorengan :
Orang 1 : Punteun kang, meser gorengan lima rebueun (Lima ribu). Campur we kang nu aya we.
Orang 2 : Oh, siap atuh make cabe?
Orang 1 : Ah teu kedah mang, atos we eta wungkul (Jawaban ini jika anda menolak tidak mengiginkan Cabai dengan halus [Menolak secara halus])
Orang 2 : Atos tah neng / kang (Sambil memberikan bungkusan gorengan)
Orang 1 : Nuhun nya mang (Perlu di ingat kita harus selalu memberikan kata kata "Nuhun" (Terima kasih). Jika sudah di layani oleh pedagang atau sudah di tolong.
Orang 2 : Sami - sami (Sama - sama)
Translate Indonesia :
Orang 1 : Permisi kang, beli gorengan lima ribu. Campur aja kang apa aja yang ada.
Orang 2 : Oh, siap. Pake cabai?
Orang 1 : Ah tidak usah mang, sudah itu saja.
Orang 2 : Sudah, nih neng / kang (Sambil memberikan bungkusan gorengan)
Orang 1 : Terima kasih ya mang.
Orang 2 : Sama sama.
Mungkin segitu dulu untuk pembelajaran pertama kita akan melanjutkan pembelajaran Bahasa sunda di kemudian hari. Jika masih bingung atau ada yang mau di tanyakan silahkan komentari post ini. Saya akan membantu...
TATA KRAMA BASA SUNDA
Tatakrama yang dikenal dalam Basa Sunda atau biasa disebut Undak Usuk Basa Sunda (UUBS) secara umum terbagi atas dua jenis, yaitu Basa Hormat/ Lemes (Bahasa Halus), dan Basa Loma (Bahasa Akrab/Kasar) . Dalam Pembahasan UUBS di Kongres Basa Sunda tahun 1986 di Cipayung, Bogor atau disebut TATAKRAMA BASA SUNDA menyebutkan delapan ragam penggunaan Basa Sunda.
Ragam Basa Hormat
Sesuai dengan namanya, ragam bahasa ini digunakan untuk menunjukkan rasa hormat . Bahasa halus yang dipilih bergantung pada subjek yang bersangkutan. Turunan dari ragam ini ada enam tingkatan, antara lain:
Ragam Basa Lemes Pisan/Luhur, jenis bahasa ini biasanya digunakan kepada orang dengan jabatan tinggi atau bangsawan;
Ragam Basa Lemes keur Batur, jenis bahasa ini digunakan pada orang yang dihormati, biasanya yang usianya lebih tua;
Ragam basa Lemes keur Pribadi/Lemes Sedeng, merupakan kosakata halus yang khusus digunakan untuk diri sendiri ;
Ragam Basa Lemes Kagok/Panengah, jenis bahasa ini yang digunakan untuk teks-teks semacam surat kabar, dan lain-lain;
Ragam Basa Lemes Kampung/Dusun, merupakan ragam bahasa yang dikenal halus dalam beberapa komunitas lokal Sunda, bisa jadi terdapat keragaman di beberapa wilayah pengguna Basa Sunda yang berlainan, namun biasanya tidak digunakan dalam situasi resmi;
Ragam Basa Lemes Budak, merupakan bahasa halus yang digunakan untuk berkomunikasi dengan anak-anak.
Ragam Basa Loma
Basa Loma atau biasanya disebut juga bahasa kasar, sebetulnya tidak dimaknai kekasaran yang otomatis menghilangkan unsur penghormatan. Akan tetapi, ragam bahasa ini digunakan di dalam kalangan pergaulan kawan-kawan akrab. Terdapat dua jenis Basa Loma, yaitu;
Ragam Basa Loma (Akrab); Bahasa jenis ini digunakan dalam lingkup pergaulan kawan-kawan dekat. Misalnya kawan sepermainan.
Ragam Basa Garihal/Songong (Sangat Kasar ). Ragam berbahasa ini digunakan pada objek hewan atau dalam kondisi marah besar/murka.
Pada penyelenggaraan Konferensi Internasional Budaya Sunda I (KIBS I) di Bandung dan Kongres Basa Sunda VII di Garut, ditetapkan bahwa UUBS hanya terdiri atas dua ragam saja, yaitu:
Ragam Basa Hormat
Dalam ragam bahasa ini terhimpun seluruh turunan Basa Hormat/Lemes. Seseorang yang tertukar-tukar dalam menggunakan bahasa halus untuk diri sendiri, bahasa halus kampung/dusun, atau untuk anak-anak tidak dianggap salah. Seluruh kosa katanya dianggap memenuhi kaidah tatakrama Basa Sunda untuk ragam bahasa halus.
Ragam Basa Loma
Tidak berbeda dengan yang telah disebutkan sebelumnya, ragam bahasa ini digunakan untuk berkomunikasi dalam lingkup pergaulan yang akrab. Termasuk bercengkrama dengan tema sepermainan atau siapapun yang sudah akrab. Namun demikian, tentu saja dalam lingkup pergaulan yang sopan, kosakata yang tercakup dalam Ragam Basa Garihal/Songong tidak diperkenankan untuk dipakai.
Demikianlah perjalanan pembagian ragam Basa Sunda resmi sejak tahun 1986. Akan tetapi, dalam kehidupan sehari-hari hingga saat ini, masyarakat masih menggunakan dua tipe bahasa halus, yaitu bahasa halus untuk diri sendiri, dan bahasa halus untuk orang lain. Bila ditambahkan dengan bahasa kasar (Basa Loma), disimpulkan ada tiga jenis ragam yang digunakan dalam komunitas masyarakat Sunda saat ini.
Dalam lanjutan tulisan berikut, sesuai dengan penggunaannya sehari-hari, akan digambarkan pola tatakrama Basa Sunda yang dibagi dalam tiga ragam, antara lain:
· Ragam basa Loma/Akrab/Kasar (A)
· Ragam basa Lemes keur Pribadi (B)
· Ragam basa Lemes keur Batur (C)
* Keterangan tanda: # tidak sama; = sama; == terjemahan dalam Bahasa Indonesia
POLA I: A # B # C
Jumlah kata yang menggunakan pola ini terhitung sedikit (sekitar 25 kata saja). Berikut ini contohnya:
- balik # wangsul # mulih ==pulang
- bawa # bantun # candak==membawa
- beuli # peser # galeuh==membeli
- boga # gaduh # kagungan==mempunyai/memiliki
- dahar # neda # tuang==makan
- datang # dongkap # sumping==datang
- denge # kuping # dangu==mendengar
- era # isin# lingsem==malu
- gering # udur # teu damang==sakit
- imah# rorompok # bumi==rumah
- indit # mios # angkat==pergi/berangkat
- kasakit # paudur # kasawat==penyakit
- menta # nyuhunkeun # mundut==meminta
- nitah # ngajurung # miwarang==menyuruh/memerintah
- ngomong # sasanggem#sasauran==berbicara
- nyaho # terang # uninga==mengetahui
- pamajikan # bojo # garwa/geureuha==istri
- poho # hilap# lali==lupa
- sare # mondok # kulem==tidur
- tanya # taros # pariksa==bertanya
- tenjo # tingal # tingali==melihat
Contoh penggunaan dalam kalimat:
Ari maneh balik ka lembur teh arek iraha?
==(Kalau kamu, kapan akan pulang ke kampung?)
Dupi abdi wangsul ka lembur teh bade enjing bae.
==(Kalau saya akan pulang ke kampung besok saja.)
Dupi akang bade mulih ka lembur teh bade iraha?
==(Kalau anda (laki2 yang dituakan, semacam kakak/abang/mas)kapan akan pulang ke kampung?)
Bila kita perhatikan kalimat-kalimat di atas, predikatnya adalah “balik # WANGSUL # mulih”. A # B # C : A berbeda dengan B, B berbeda dengan C. Terdapat penggunaan diksi yang berbeda, bergantung pada subjek dalam kalimatnya. Pada kalimat pertama, subjeknya adalah “maneh”. “Maneh”, terjemahnya dalam Bahasa Indonesia adalah “kamu” (kata ganti orang kedua). Termasuk ragam Basa Loma/Akrab. Biasanya ditujukan pada kawan sebaya, sejawat, teman akrab, dll. Karena itu predikat yang dipilih untuk menyatakan “pulang” adalah “balik” (Ragam basa Loma/Akrab/Kasar (A)).
Sementara itu, kalimat kedua, subjeknya adalah “abdi” (saya). Jadi ragam bahasa yang digunakan adalah Basa Lemes keur Pribadi (B). Untuk kata pulang, digunakan “wangsul”. Terakhir, merupakan contoh kalimat dengan subjek “akang” (kata panggilan untuk orang ketiga yang dihormati/dituakan), digunakanlah Ragam basa Lemes keur Batur (C), sehingga predikat “pulang” dalam konteks ini menjadi “mulih”.
POLA II: A = B # C
Pola kedua mencakup kosakata yang tidak membedakan A dengan B, namun membedakan B dengan C.
Jadi, untuk diri sendiri menggunakan kata-kata kasar. Contoh utamanya yang terkait dengan bagian tubuh seperti “sirah” (kepala), “suku” (kaki). Untuk menyebutkan bagian tubuh kita sendiri seperti itu yang harus digunakan adalah bahasa kasar, sementara untuk orang lain, digunakan bahasa halus. Contohnya sebagai berikut:
- huntu = huntu # waos==gigi
- biwir = biwir # lambey==bibir
- irung =irung # pangambung==hidung
- baju = baju # raksukan==baju/pakaian
- lalajo = lalajo # nongton==menonton
- ngaji = ngaji# ngaos==mengaji
- nginum = nginum# ngaleueut==minum
- puasa = puasa # saum==berpuasa
- samping =samping # sinjang==(kain) sarung
- ulin = ulin # amengan==bermain
POLA III: A # B = C
Pola ketiga, kata yang digunakan untuk bahasa halus bagi diri sendiri sama dengan bahasa halus yang digunakan kepada orang lain. Jumlahnya cukup banyak. Berikut ini di antaranya:
- bungah # bingah = bingah==senang/bahagia
- eleh # kawon= kawon==kalah
- kajeun # sawios = sawios==biar
- kungsi # kantos= kantos==pernah
- tepung # tepang = tepang==bertemu/berjumpa
POLA IV: A = B = C
Untuk pola keempat tidak ada pembedaan pada ketiga ragam. Termasuk dalam kategori ini antara lain kata tanya, kata tunjuk, bilangan, dll.
- aya = aya = aya== ada
- sabaraha = sabaraha = sabaraha== berapa
- kumaha = kumaha= kumaha== bagaimana
- naon = naon= naon==apa
- itu = itu = itu==itu
- ieu = ieu = ieu==ini
- kahiji = kahiji= kahiji==pertama
- kasapuluh = kasapuluh = kasapuluh== ke sepuluh
Jsb (jeung sajabana)== dll/dan lain-lain