-->

cara memerangi hawa nafsu

pertimbangan segala urusan harus tertuju kepada kehendak untuk mendapatkan ridha Allah, taqarrub kepadanNya dengan berbagai sarana, kerinduan untuk bersua denganNya. Jika hamba tidak mempunyai hasrat seperti itu, maka keinginan untuk masuk surga, kenikmatannya dan apa yang dijanjikan didalamnya hanya diperuntukkan bagi wali-waliNya. Jika seorang hamba tidak mempunyai hasrat yang tinggi untuk berbuat seperti itu, tidak pula takut terhadap apa yang dijanjikan Allah terhadap orang-orang yang mendurhakaiNya, maka hendaklah dia tahu bahwa dia diciptakan untuk menjadi penghuni neraka Jahannam, bukan sebagai penghuni surge. Tidak ada yang bisa dilakukannya setelah ada ketetapan Allah selain dari membangkang bisiskan nafsuya.

Orang mukmin mempunyai empat musim : musim semi, gugur, panas, dan dingin, yang masing-masing merupakan persinggahannya dalam perjalanannya kepada Allah. Dia tidak mempunyai persinggahan lain. Allah tidak menjadikan jalan menuju surge kecuali dengan menentang bisiskan hawa nafsunya dan tidak menjadikan jalan menuju neraka kecuali dengan mengikuti bisikan hawa nafsunya.

 Allah berfirman,
“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapaun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.”(An-Nazi’at :37-41).

Kembali ke Allah
Program bertitel Tuker Hadiah Ramadhan (THR) di satu televisi juga tuna makna Ramadan yang sarat ikhtiar kefitrian diri, menahan hawa nafsu diri, introspeksi dan mohon ampunan demi ridho Allah.

Tayangan THR secara live itu melibatkan kaum Hawa. Sekedar mendapat handphone atau barang lainnya, peserta disyaratkan merias wajah secara kocak (tak lazim), berlipstik melampaui dandanan sinden (penyanyi) ala gamelan Jawa.

Ragam kuis menggiurkan pun mencerabut batas etika intelektual manusia yang berderajat tinggi. Jawaban kuis tak memerlukan karya intelektual, remeh-temeh, bahkan tak jarang dijawab sang presenter sendiri. Penelepon ketiban uang sejuta atau ratusan ribu rupiah.

Di mana edukasinya? Momentum Ramadan telah berbelok untuk ber-ha-ha-he-he, tuna safaat dan manfaat kehidupan religius. Sejatinya rahmat, hidayah, maghfirah atau handphone yang kita cari di Bulan Suci?


Nafsu bermegah-megahan secara duniawi, cenderung melalaikan kesejatian tujuan hidup manusia. Kita baru menyadari sebagai kesalahan, manakala maut menjemput. Pastinya, uang dan handphone hasil ha-ha-he-he saat malam-malam Ramadan, tak bisa dibangga-banggakan di akhirat.

Ada sedikit tips lagi mengendalikan hawa nafsu, terutama di bulan ramadhan adalah:

1. Mengingat tujuan kita berpuasa.

Dengan mengetahui tujuan kita berlapar-lapar dan berhaus-haus, tentu akan mengekang nafsu-nafsu yang lain. Kita ingin amal ibadah kita diterima Allah SWT, bukan? So, stop menggunjing, marah-marah, berprasangka buruk, kalau tak ingin pahala kita habis bahkan minus.

2. Berkumpul dengan orang-orang sholeh.

Teman sangat berpengaruh terhadap kualitas ibadah kita. Seperti kata pepatah, bila berteman dengan penjual parfum kita kecipratan wanginya, bila kita berteman penjual ikan kita turut mencium amisnya. Begitu halnya bila kita punya teman berakhlak baik insya Alloh kita juga akan berakhlak baik. Berteman dengan teman yang pandai mengaji memotivasi kita untuk pintar mengaji.

3. Memperbanyak syukur.

Bersyukur dan bersifat qonaah membuat hati tenang dan tentram. Merasa cukup dengan segala pemberiannya menghindarkan kita dari segala nafsu duniawi. Pada dasarnya, segala nafsu itu muncul karena kita seringkali kufur terhadap nikmat-Nya yang besar dan tak berbatas.

Facebook CommentsShowHide

0 komentar

berkomentralah sewajarnya salam saya untuk @BangRinalPurba (senang kenal dan bertemu denganmu)