-->

tradisi membuang orang tua di jepang

Ibu tua yang dibuang di hutan
1. Ini adalah cerita dari Jepang kuuno. Mudah2an bisa diambil hikmahnya...(cerita ini didapat dr buku pelajaran bhs Jepang) Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya. Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini. "Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya. Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:

"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang. Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan". Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia. Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas.

 Banyak pula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hiingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jikalau ada waktu saja.Dan yang pasti anak seperti itu memiliki iman yang lemah. Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manyayanginya. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil oleh sang khaliq. LALU APA  YANG TELAH KITA  LAKUKAN UNTUK IBU TERCINTA TAHUKAH KITA !!!

 Cinta dan kasih sayang seorang ibu tak pernah padam, Sembilan bulan ibu mengandung kita dengan susah payah, kematian ia lihat didepan matanya saat melahirkan kita, setiap malam hari ia mengganti popok kita yang basah, memberikan kita air susu ketika kita lapar.Bahkan ketika hari pertama kita masuk sekolah,pagi hari ia selalu memandikan kita, menyuapi kita, mengantar kita dan menunggui kita.Sudah dewasa pun ibu masih menyempatkan diri untuk mencarikan pendamping untuk kita yang sholeh dan sholehah.

   1. Siapa yang membekali kita sehingga menjadi sekarang kalo bukan Ibu?
   2. Bagimana seorang anak mampu menelantarkan ibunya diwaktu tua ?
   3. Bagaimana ia mampu berkata kasar dan menyakiti hatinya?
   4. Bagaimana ia mampu berkata, Aku tidak bisa memaafkan ibu karena kesalahan nya yang besar?
   5. Bagaimana ia sanggup menitipkannya ke panti jompo?

Bagaimana dan masih banyak bagaimana yg lain nya yg sering terjadi pada zaman sekarang. Sodara-sodaraku tercinta Sebagai penutup, kita harus memahami bahwa bakti kepada orang tua merupakan jalan lempang dan mulia yang mengantarkan seorang anak menuju surga Allah. Sebaliknya, kedurhakaan kepada mereka, bisa menyeret sang anak menuju lembah kehinaan yaitu neraka. Hati-hatilah, durhaka kepada orang tua, dosanya besar dan balasannya menyakitkan.

 Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Akan terhina, akan terhina dan akan terhina!” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullahj, siapakah gerangan ?” Beliau bersabda, “Orang yang mendapati orang tuanya, atau salah satunya pada hari tuanya, namun ia (tetap) masuk neraka” [Hadits Riwayat Muslim]

habis manis sepah diibuang >

Saat menuju kantor, saya selalu melalui Jalan Cinere. Di wilayah itu terdapat sebuah panti jompo yang memiliki tempat cukup nyaman dan asri. Lokasinya yang berada mirip di lereng bukit itu memang sangat nyaman. Areanya cukup luas. Cocok sekali bagi mereka yang ingin menikmati udara segar karena terletak di perbukitan dan banyak pohon besar di lokasi itu.

Beberapa kali melintasi tempat itu, saya seringkali melihat perempuan tua berdiri di sana. Tatapan matanya kosong. Menerawang jauh. Hampa dan sunyi. Entah mengapa, hati saya sedih sekali menyaksikan pemandangan itu. Tak tahu apa yang sedang dipikirkan perempuan renta itu. Mungkinkah ia sedang merindukan anak cucunya?

Terbayang wajah ibu saya. Bagaimana jika perempuan tua itu adalah ibu saya? Betapa tak berperasaannya saya yang tega menitipkan ibu saya di tempat itu. Sekalipun panti itu memiliki tempat yang nyaman dengan fasilitas lengkapi serta perawatan yang maksimal, namun tetap saja ia akan merasa asing berada di tempat itu.

Tak sedikitpun terpikirkan di benak saya menitipkan orang tua (ibu kandung) di panti jompo. Bagi saya, ibu adalah sosok yang harus saya rawat hingga akhir hayatnya. Bukankah dahulu saat saya kecil, ibu tak pernah menitipkan saya kepada orang lain? Saat ini ibu saya tinggal bersama kakak saya dan Alhamdulillah kondisi fisik dan psikisnya sangat baik.

Terbayang jerih payah ibu dalam membesarkan 4 orang anaknya dengan keringat dan airmata seorang diri Tak pernah sekalipun terucap kata lelah, jenuh atau bosan dalam mengasuh dan membesarkan kami. Setelah kami dewasa, hidup mandiri dan mapan secara ekonomi, pantaskah bila kemudian kami menitipkan sosok tua itu di panti jompo? Ya Tuhan, sungguh kejamnya kami. Semoga kami masih diberi kesempatan membahagiakan ibu di sisa hidupnya.

Panti jompo, bagi sebagian orang menitipkan orang tua mereka di tempat itu adalah hal biasa. Mungkin mereka berpendapat bahwa berada di panti jompo adalah justru kemauan dan kehendak orangtua mereka sendiri. Alasan utamanya adalah karena orang tua itu merasa kesepian saat ditinggal anak-anak yang sibuk bekerja. Kesepian? Helooo…. Kemanakah cucu-cucunya? Tak adakah seorang cucu pun yang mau menemani kakek dan nenek mereka? Bila mereka mapan secara materi, mengapa tidak menggunakan jasa suster untuk merawat orang tua mereka?

Apalagi bila kita melihat gaya hidup orang-orang Barat. Di Eropa dan Amerika, menitipkan orang tua di panti jompo justru menjadi bukti bahwa mereka menyayangi orangtua mereka. Mereka beranggapan di panti jompo, orang tua mereka akan terawat dengan baik, memiliki jaminan kesehatan yang maksimal dan memiliki banyak teman yang senasib. Karena itu bagi mereka bisa memperpanjang usia mereka karena dianggap berarti satu sama lain.

Namun ternyata tidak semua orang Barat berpendapat demikian seperti dugaan kita. Saya memiliki seorang klien. Sebut saja namanya Ayu. Ayu memiliki suami berkewarganegaraan Amerika Serikat. Mereka tinggal di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.

Saat saya berkunjung ke rumah Ayu untuk meminta tandatangan dokumen yang harus dilegalisasi. Di sana saya menyaksikan sendiri seorang perempuan tua tengah didampingi 2 orang suster. Perempuan tua itu adalah ibu mertua Ayu. Usia perempuan tua itu 94 tahun. Dalam hati saya sangat kagum atas pengertian Ayu yang mengizinkan ibu mertuanya tinggal bersama mereka di rumahnya. Ibu kandung Ayu juga tinggal bersama mereka dan dirawat oleh 1 orang suster.

Sekalipun bukan Ayu sendiri yang mengurusi semua keperluan sang mertua, namun perhatian dan kasih sayang Ayu terhadap ibu mertuanya patut diacungi jempol. Ayu dan suaminya tidak mau jika kedua perempuan tua itu dititipkan di panti jompo. Perempuan tua itu dirawat oleh 2 orang suster karena kondisinya yang sudah sangat kepayahan bila berjalan. Apalagi saat ke kamar mandi. Harus dipapah dan ditemani oleh 2 orang suster.

Menurut Ayu, kapan lagi ia bisa membalas budi ibu kandungnya di sisa hidupnya. Selain itu Ayu juga ingin menunjukan kasih sayang dan rasa hormatnya kepada ibu mertuanya. Sekalipun suami Ayu karena kesibukannya bekerja dan harus bolak-balik Jakarta - Newyork, namun prinsip hidup mereka yang tak ingin menitipkan ibu mereka di panti jompo patut menjadi teladan. Kita yang hidup dalam budaya ketimuran, seharusnya ingat bahwa kasih sayang ibu sepanjang jalan, haruskah kita membalasnya dengan menitipkan sosok renta itu di panti jompo?

Mungkin kisah mengharukan berikut ini pernah anda dengar. Konon di Jepang, pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya, sehingga tidak memberatkan kehidupan anak-anaknya.

Suatu hari seorang pemuda berniat membuang ibunya ke hutan. Ibunya lumpuh dan pikun. Ia menggendong ibunya menyusuri hutan. Sang ibu yang tidak berdaya semampunya berusaha menggapai ranting pohon kemudian mematahkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui.

Sesampainya mereka di hutan, pemuda itu menurunkan ibunya dan mengucapkan kata perpisahan. Sesungguhnya ia berusaha menahan sedih, namun ia tega melakukan perbuatan itu. Sang Ibu dengan tegar berkata “Anakku, ibu sangat menyayangimu sejak kau kecil hingga dewasa. Bahkan hingga saat ini rasa sayang ibu terhadapmu tak berkurang sedikitpun. Sekarang pergilah, ibu sudah menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat di jalan. Ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai di rumah.”

Mendengar pesan sang ibu, si pemuda menangis histeris dan kemudian memeluk ibunya dengan erat. Ia  kembali menggendongnya dan membawanya pulang. Pemuda itu akhirnya merawat ibu yang sangat mengasihinya hingga  ibunya meninggal dunia.

Semoga kisah ini bisa menginspirasi kita, betapa cinta seorang ibu tak pernah terputus kepada buah hatinya hingga ajal menjemputnya. Tulisan ini semata-mata agar bisa menjadi renungan kita. Ingatlah bahwa kasih sayang orang tua kita kepada kita takkan pernah bisa kita balas dengan limpahan materi sekalipun. Kasih sayang tulus itu murni karena cinta dan kasih sayangnya kepada kita. Seorang ibu yang dengan sabar membesarkan janin dalam kandungannya selama 9 bulan. Mengurus dan merawat kita tak kenal waktu dan tanpa kenal lelah. Serta perjuangan ayah mencari nafkah demi bisa membiayai anak dan istrinya.
Facebook CommentsShowHide