skala nominal ordinal interval rasio
Skala Nominal
Pengukuran dengan skala nominal merupakan tingkat mengkategorikan, memberi nama dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diteliti. Dimana angka yang diberikan pada obyek hanya mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukkan tingkatan yang berarti.
Contoh : mengkategorikan pegawai pria dan wanita.
Skala nominal akan menghasilkan data yang disebut data nominal atau data diskrit, yaitu data yang diperoleh dari mengkategorikan, memberi nama dan menghitung fakta-fakta dari objek yang diobservasi.
2. Skala ordinal
Skala ordinal menunjukkan urutan (peringkat, tingkatan, atau ranking) di samping berfungsi sebagai pengelompokan (skala nominal). Misalnya, peubah tingkatan dalam suatu rumah susun dengan angka 1, 2, 3, ….; peubah pendidikan dengan kategori “1″ di bawah SD, “2″ yang tamat SD, “3″ yang tamat SLTP, dan “4″ yang tamat SLTA atau di atasnya. Pada skala ordinal, selisih antara dua ukuran, serta operasi hitung lainnya tidak dapat dilakukan karena tidak mempunyai arti, kecuali urutannya yang mempunyai makna. Kita tidak bisa mengatakan bahwa jarak antara 2 dan 3 sama dengan jarak antara 3 dan 4, karena perbedaan antara tamatan SD dan tamatan SLTP tidak sama dengan perbedaan antara tamatan SLTP dan tamatan SLTA ke atas. Skala ordinal ini memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan paling rendah ke tingkatan paling tinggi atau sebaliknya menurut suatu atribut tertentu. Misalnya, ukuran untuk kelas ekonomi biasanya dipakai ukuran ordinal, yakni kelas ekonomi tingkat atas (skor 3), kelas ekonomi tingkat menengah (skor 2), dan kdas ekonomi tingkat bawah (skor 1). Ukuran ini tidak menunjukkan angka rerata kelas ekonomi, dan tidak memberikan informasi mengenai besar interval atau jarak antara kelas ekonomi rendah dan kelas ekonomi atas. Karena itu, perhitungan statistik yang didasarkan atas perhitungan rerata dan simpangan baku tidak dapat diterapkan pada data ukuran ordinal. Demikian pula, kita tidak dapat mengatakan bahwa kelas ekonomi atas (skor 3) tiga kali lebih kaya daripada kelas ekonomi bawah (skor 1), demikian hula tidak dapat dikatakan bahwa kelas ekonomi menengah (skor 2) dua kali lebih kaya daripada kelas ekonomi bawah. Namun, skala ordinal sudah beranjak meninggalkan kelas data kualitatif dan mulai masuk ke kelas data kuantitaif.
Skala Interval
Merupakan tingkat pengukuran ke tiga, dimana pemberian angka pada set objek yang memilih sifat ordinal, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni memberikan nilai absolute pada data/ objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0) absolute (tidak ada nilainya).
Contoh : Angka 0 (nol) untuk thermometer memiliki makna yang sangat berpengaruh dan bukan berarti dapat diabaikan.
Skala rasio
Skala rasio sedikit berbeda dengan skala interval, yakni skala rasio mempunyai titik nol mutlak. Sebagai contoh, peubah umur dalam bulan, tinggi badan dalam meter, luas wilayah dalam kilometer persegi, dan penghasilan dalam rupiah. Jika Ali mempunyai uang Rp 300,00, dan Bakri mempunyai uang Rp 100,00, maka uang Ali sama dengan tiga kali uang Bakri. Kayu yang panjangnya 10 meter adalah dua kali lebih panjang daripada kayu yang panjangnya 5 meter. Sifat ini tidak berlaku pada skala interval, tetapi semua sifat-sifat skala interval juga berlaku untuk skala rasio.
Dari pengetahuan kita tentang skala pengukuran, peubah dapat pula dibedakan atau dikelompokkan menjadi peubah nominal, peubah ordinal, peubah interval, dan peubah rasio menurut skala pengukurannya. Peubah nominal dan peubah ordinal biasa disebut peubah kualitatif atau peubah kategori, sedangkan peubah interval dan peubah rasio disebut peubah kuantitatif. Kedua kelompok peubah ini memberikan pengaruh yang berbeda dalam pemilihan teknik analisis data.
Setelah membicarakan data dan skala pengukurannya, kita dapat mengelompokkan peubah menjadi peubah kuantitatif dan peubah kualitatif. Karena itu, kita perlu membahas pengertian kedua jenis peubah tersebut.
aliditas
Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya skala nominal yang bersifat non-parametrik digunakan untuk mengukur variabel nominal bukan untuk mengukur variabel interval yang bersifat parametrik. Ada 3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semua dimensinya karena domain tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat multidimensional.
b. Validitas Kosntruk (Construct Validity)
Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok dalam validitas konstruk ialah secara alamiah bersifat teoritis dan statistik.
c. Validitas Kriteria (Criterion Validity)
Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu variable yang dirancang sebagai kriteria.
Beberapa ahli berpendapat
bahwa pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah diantaranya adalah melakukan langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah adalah merupakan pengejaran terhadap kebenaran relatif yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena keberadaan dari ilmu itu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karenanya, penelitian dan metode ilmiah, jika tidak dikatakan sama, mempunyai hubungan yang relatif dekat. Karena dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum, akan mudah dijawab.
Menuruti Schluter (Moh Nazir, 2006), langkah penting sebelum sampai tahapan analisis data dan penentuan model adalah ketika kita melakukan pengumpulan dan manipulasi data sehingga bisa digunakan bagi keperluan pengujian hipotesis. Mengadakan manipulasi data berarti mengubah data mentah dari awal menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antar fenomena. Kelaziman kuantifikasi sebaiknya dilakukan kecuali bagi atribut-atribut yang tidak dapat dilakukan. Dan dari kuantifikasi data itu, penentuan mana yang dikatakan data nominal, ordinal, interval dan ratio bisa dilakukan demi memasuki wilayah penentuan model.
Menuruti Moh. Nazir (2006), teknik membuat skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu urutan kuantitatif (variabel). Mengubah fakta-fakta kualitatif menjadi urutan kuantitatif itu telah menjadi satu kelaziman paling tidak bagi sebagian besar orang, karena berbagai alasan. Pertama, eksistensi matematika sebagai alat yang lebih cenderung digunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sehingga bisa mengundang kuantitatif variabel. Kedua, ilmu pengetahuan, disamping akurasi data, semakin meminta presisi yang lebih baik, lebih-lebih dalam mengukur gradasi. Karena perlunya presisi, maka kita belum tentu puas dengan atribut baik atau buruk saja. Sebagian peneliti ingin mengukur sifat-sifat yang ada antara baik dan buruk tersebut, sehingga diperoleh suatu skala gradasi yang jelas.
Pengukuran dengan skala nominal merupakan tingkat mengkategorikan, memberi nama dan menghitung fakta-fakta dari obyek yang diteliti. Dimana angka yang diberikan pada obyek hanya mempunyai arti sebagai label saja dan tidak menunjukkan tingkatan yang berarti.
Contoh : mengkategorikan pegawai pria dan wanita.
Skala nominal akan menghasilkan data yang disebut data nominal atau data diskrit, yaitu data yang diperoleh dari mengkategorikan, memberi nama dan menghitung fakta-fakta dari objek yang diobservasi.
2. Skala ordinal
Skala ordinal menunjukkan urutan (peringkat, tingkatan, atau ranking) di samping berfungsi sebagai pengelompokan (skala nominal). Misalnya, peubah tingkatan dalam suatu rumah susun dengan angka 1, 2, 3, ….; peubah pendidikan dengan kategori “1″ di bawah SD, “2″ yang tamat SD, “3″ yang tamat SLTP, dan “4″ yang tamat SLTA atau di atasnya. Pada skala ordinal, selisih antara dua ukuran, serta operasi hitung lainnya tidak dapat dilakukan karena tidak mempunyai arti, kecuali urutannya yang mempunyai makna. Kita tidak bisa mengatakan bahwa jarak antara 2 dan 3 sama dengan jarak antara 3 dan 4, karena perbedaan antara tamatan SD dan tamatan SLTP tidak sama dengan perbedaan antara tamatan SLTP dan tamatan SLTA ke atas. Skala ordinal ini memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan paling rendah ke tingkatan paling tinggi atau sebaliknya menurut suatu atribut tertentu. Misalnya, ukuran untuk kelas ekonomi biasanya dipakai ukuran ordinal, yakni kelas ekonomi tingkat atas (skor 3), kelas ekonomi tingkat menengah (skor 2), dan kdas ekonomi tingkat bawah (skor 1). Ukuran ini tidak menunjukkan angka rerata kelas ekonomi, dan tidak memberikan informasi mengenai besar interval atau jarak antara kelas ekonomi rendah dan kelas ekonomi atas. Karena itu, perhitungan statistik yang didasarkan atas perhitungan rerata dan simpangan baku tidak dapat diterapkan pada data ukuran ordinal. Demikian pula, kita tidak dapat mengatakan bahwa kelas ekonomi atas (skor 3) tiga kali lebih kaya daripada kelas ekonomi bawah (skor 1), demikian hula tidak dapat dikatakan bahwa kelas ekonomi menengah (skor 2) dua kali lebih kaya daripada kelas ekonomi bawah. Namun, skala ordinal sudah beranjak meninggalkan kelas data kualitatif dan mulai masuk ke kelas data kuantitaif.
Skala Interval
Merupakan tingkat pengukuran ke tiga, dimana pemberian angka pada set objek yang memilih sifat ordinal, ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni memberikan nilai absolute pada data/ objek yang akan diukur. Ukuran rasio ini mempunyai nilai nol (0) absolute (tidak ada nilainya).
Contoh : Angka 0 (nol) untuk thermometer memiliki makna yang sangat berpengaruh dan bukan berarti dapat diabaikan.
Skala rasio
Skala rasio sedikit berbeda dengan skala interval, yakni skala rasio mempunyai titik nol mutlak. Sebagai contoh, peubah umur dalam bulan, tinggi badan dalam meter, luas wilayah dalam kilometer persegi, dan penghasilan dalam rupiah. Jika Ali mempunyai uang Rp 300,00, dan Bakri mempunyai uang Rp 100,00, maka uang Ali sama dengan tiga kali uang Bakri. Kayu yang panjangnya 10 meter adalah dua kali lebih panjang daripada kayu yang panjangnya 5 meter. Sifat ini tidak berlaku pada skala interval, tetapi semua sifat-sifat skala interval juga berlaku untuk skala rasio.
Dari pengetahuan kita tentang skala pengukuran, peubah dapat pula dibedakan atau dikelompokkan menjadi peubah nominal, peubah ordinal, peubah interval, dan peubah rasio menurut skala pengukurannya. Peubah nominal dan peubah ordinal biasa disebut peubah kualitatif atau peubah kategori, sedangkan peubah interval dan peubah rasio disebut peubah kuantitatif. Kedua kelompok peubah ini memberikan pengaruh yang berbeda dalam pemilihan teknik analisis data.
Setelah membicarakan data dan skala pengukurannya, kita dapat mengelompokkan peubah menjadi peubah kuantitatif dan peubah kualitatif. Karena itu, kita perlu membahas pengertian kedua jenis peubah tersebut.
aliditas
Suatu skala pengukuran dikatakan valid apabila skala tersebut digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Misalnya skala nominal yang bersifat non-parametrik digunakan untuk mengukur variabel nominal bukan untuk mengukur variabel interval yang bersifat parametrik. Ada 3 (tiga) tipe validitas pengukuran yang harus diketahui, yaitu:
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi menyangkut tingkatan dimana item-item skala yang mencerminkan domain konsep yang sedang diteliti. Suatu domain konsep tertentu tidak dapat begitu saja dihitung semua dimensinya karena domain tersebut kadang mempunyai atribut yang banyak atau bersifat multidimensional.
b. Validitas Kosntruk (Construct Validity)
Validitas konstruk berkaitan dengan tingkatan dimana skala mencerminkan dan berperan sebagai konsep yang sedang diukur. Dua aspek pokok dalam validitas konstruk ialah secara alamiah bersifat teoritis dan statistik.
c. Validitas Kriteria (Criterion Validity)
Validitas kriteria menyangkut masalah tingkatan dimana skala yang sedang digunakan mampu memprediksi suatu variable yang dirancang sebagai kriteria.
Beberapa ahli berpendapat
bahwa pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode ilmiah diantaranya adalah melakukan langkah-langkah sistematis. Metode ilmiah adalah merupakan pengejaran terhadap kebenaran relatif yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena keberadaan dari ilmu itu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karenanya, penelitian dan metode ilmiah, jika tidak dikatakan sama, mempunyai hubungan yang relatif dekat. Karena dengan adanya metode ilmiah, pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum, akan mudah dijawab.
Menuruti Schluter (Moh Nazir, 2006), langkah penting sebelum sampai tahapan analisis data dan penentuan model adalah ketika kita melakukan pengumpulan dan manipulasi data sehingga bisa digunakan bagi keperluan pengujian hipotesis. Mengadakan manipulasi data berarti mengubah data mentah dari awal menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antar fenomena. Kelaziman kuantifikasi sebaiknya dilakukan kecuali bagi atribut-atribut yang tidak dapat dilakukan. Dan dari kuantifikasi data itu, penentuan mana yang dikatakan data nominal, ordinal, interval dan ratio bisa dilakukan demi memasuki wilayah penentuan model.
Menuruti Moh. Nazir (2006), teknik membuat skala adalah cara mengubah fakta-fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu urutan kuantitatif (variabel). Mengubah fakta-fakta kualitatif menjadi urutan kuantitatif itu telah menjadi satu kelaziman paling tidak bagi sebagian besar orang, karena berbagai alasan. Pertama, eksistensi matematika sebagai alat yang lebih cenderung digunakan oleh ilmu-ilmu pengetahuan sehingga bisa mengundang kuantitatif variabel. Kedua, ilmu pengetahuan, disamping akurasi data, semakin meminta presisi yang lebih baik, lebih-lebih dalam mengukur gradasi. Karena perlunya presisi, maka kita belum tentu puas dengan atribut baik atau buruk saja. Sebagian peneliti ingin mengukur sifat-sifat yang ada antara baik dan buruk tersebut, sehingga diperoleh suatu skala gradasi yang jelas.